Sedikit Tentang Kebudayaan Bali


kalian pasti sudah banyak mengetahui tentang kebudayaan bali. namun meski demikian, ini ada sedikit tambahan yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kalian!

GAMBELAN
Pada dasarnya musik tradisional Bali tidak jauh berbeda dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya penggunaan alat musik gamelan dan bermacam-macam alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam tehnik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sejenis nyanyian yang konon katanya menirukan suara kera. Demikian pula dengan beragam gamelan yang dimainkan, memiliki keunikan tersendiri, misalnya Gamelan Jegog, Gamelan Gong Gede, Gamelan Gambang, Gamelan Selunding, dan Gamelan Semar Pegulingan. Adapula musik Angklung dimainkan untuk upacara pitra yadnya, yaitu upacara ngaben, serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya.
Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik untuk tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan bangsa kolonial Belanda, serta ada pula Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Pada umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai macam alat musik perkusi metal (metalofon), gong, dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional Bali atau permainan gamelan ala Bali memberikan pengaruh atau saling mempengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik tradisional masyarakat di daerah Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat di daerah Lombok.

Tari
Seni tari di Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok: yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, dan bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung, serta balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.
Salah satu pakar seni tari di Bali, I Made Bandem, pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut, antara lain yang tergolong ke dalam wali, misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan, dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged, serta berbagai koreografi tari modern lainnya.
Salah satu tarian yang sangat populer di kalangan para wisatawan ialah, Tari Kecak. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis asal Jerman Walter Spies menciptakan tarian ini berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.


Pakaian daerah
Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara sepintas kelihatannya seragam atau sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya.
Pria


Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:
• Udeng (ikat kepala)
• Kain kampuh
• Umpal (selendang pengikat)
• Kain wastra (kemben)
• Sabuk
• Keris
• Beragam ornamen perhiasan
Sering pula dikenakan baju kemeja, jas, dan alas kaki yang diguanakan sebagai pelengkap saja.
Wanita


Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:
• Gelung (sanggul)
• Sesenteng (kemben songket)
• Kain wastra
• Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada
• Selendang songket bahu ke bawah
• Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam
• Beragam ornamen perhiasan
Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki yang digunakan juga hanya sebagai pelengkap.
Makanan
Makanan utama
Berikut beberapa contoh makanan khas bali:
• Ayam betutu
• Babi guling
• Bandot
• Be Kokak Mekuah
• Be Pasih mesambel matah
• Bebek betutu
• Berengkes
• Grangasem
• Jejeruk
• Jukut Urab
• Komoh
• Lawar
• Nasi Bubuh
• Nasi Tepeng
• Penyon
• Sate Kablet
• Sate Lilit
• Sate pentul
• Sate penyu
• Sate Tusuk
• Timbungan
• Tum
• Urutan Tabanan

Jajanan
Berikut beberapa jajanan khas bali:
• Bubuh Sagu
• Bubuh Sumsum
• Bubuh Tuak
• Jaja Batun Duren
• Jaja Begina
• Jaja Bendu
• Jaja Bikang
• Jaja Engol
• Jaja Godoh
• Jaja Jongkok
• Jaja Ketimus
• Jaja Klepon
• Jaja Lak-Lak
• Jaja Sumping
• Jaja Tain Buati
• Jaja Uli misi Tape
• Jaja Wajik
• Kacang Rahayu
• Rujak Bulung
• Rujak Kuah Pindang
• Rujak Manis
• Rujak Tibah
• Salak Bali

Rumah Adat
Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tentang tata letak ruangan dan bangunan, atau dapat disebut juga Feng Shui dalam Budaya China)
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan. Untuk itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut ‘’Tri Hita Karana’’. Pawongan merupakan para penghuni rumah, Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya, serta Parahyangan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dengan Shang Hyang Widhi atau Tuhan yang maha esa.
Pada umumnya,bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan symbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.

0 komentar:

Posting Komentar